Malang
adalah salah satu kota di Propinsi Jawa Timur yang terkenal karena kesejukan
udaranya. Kota dan kabupaten dikelilingi oleh empat buah gunung, yaitu gunung
Arjuna di sebelah utara, Gunung Tengger di sebelah Timur, Gunung Kawi di
sebelah Barat, dan Gunung Kelud di sebelah selatan. Karena dikelilingi oleh
beberapa gunung inilah maka kota Malang mempunyai tingkat kesejukan yang baik.
Sebagai kota yang begitu potensial sebagai tempat wisata
dan budaya Malang memiliki kawasan yang sangat layak huni dan menjadi daerah
yang elit sehingga wajar kiranya jika pada masa penjajahan Belanda Malang
dijadikan kawasan strategis tempat tinggal ekspatriat Belanda di masanya.
Penjelasan sejarah Malang sebagai jajahan Belanda sangat berpengaruh kelak
terhadap proses tumbuh kembang kebudayaan lokal di wilayah Malang, seperti
halnya pelaksanaan acara-acara wisata sejarah Malang yang tidak pernah
meninggalkan kawasan jalan Kawi yang sampai saat ini dihuni oleh anak keturunan
para penjajah Belanda.
Salah satu pusat persebaran seni tari topeng di tanah Jawa
adalah di wilayah Malang, di mana dahulu terdapat kerajaan yang bernama
kerajaan Singosari. Awal mula dikenalnya tari topeng di wilayah Malang terjadi
pada abad ke-13 Masehi, yaitu pada periode pemerintahan raja Kertanegara .
Sejak saat itulah seni tari topeng yang berada di daerah Malang dinamakan
sebagai tari Topeng Malang.
Adapun
bukti mengenai keberadaan tari topeng di masa kerajaan Singosari adalah adanya
relief di beberapa candi peninggalan kerajaan Singosari yang dalam relief
tersebut digambarkan suasana di dalam lokasi kerajaan yang di dalamnya
dimainkan tarian bertopeng. Dalam relief tersebut para penari topeng memakai
atribut endhong (sayap belakang), rapek (hiasan setengah
lingkaran di depan celana, lazim juga disebut pedangan), bara-bara dan irah-irahan (mahkota)
yang bentuknya sama dengan kostum tari topeng di masa sekarang.
Malang sebagai bagian dari kota sejarah kerajaan Jawa
(Singosari) dahulu banyak memiliki komunitas tari topeng di tiap-tiap daerah.
Semasa penjajahan Belanda beberapa komunitas tersebut muncul kembali setelah
sekian lama jejak kesejarahan mereka tidak tercatat oleh pewarta hasil budaya.
Tak kurang dari 11 komunitas dahulu pernah meramaikan budaya kesenian
tradisional Malang. Namun seperti yang telah disebutkan di atas bahwa
perguliran sejarah dari kebudayaan Hindu-Jawa menjadi kebudayaan Islam menjadi
salah satu sebab kemunduran eksistensi kesenian ini di tanah Jawa, tak
terkecuali di wilayah Malang.
Sampai saat ini, di wilayah Malang Raya komunitas tari
topeng hanya bisa ditemui sedikitnya 4 komunitas yang aktif berkesenian. Itupun
berada di wilayah-wilayah pelosok. Namun dari data wawancara dengan beberapa
akademisi yang dikumpulkan ada kesatuan paham yang menjurus pada kesimpulan
bahwasanya daerah tempat komunitas tari ini berada dahulu merupakan daerah yang
banyak dihuni oleh pemeluk agama Hindu-Jawa. Bahkan sebagian dari daerah
tersebut masih didominasi oleh masyarakat Hindu-Jawa yaitu di wilayah Tengger
Ngadas Malang.
Kesenian Tari Topeng Malangan ini adalah hasil dari
perpaduan antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran
(Blambangan dan Osing), sehingga gerakan dari Tari Topeng Malangan ini
mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali.
Tari Topeng Malangan ini merupakan perlambang bagi sifat manusia, karenanya
banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda, menangis, tertawa,
sedih, malu dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar