Rabu, 21 Mei 2014

Topeng Malangan




       Malang adalah salah satu kota di Propinsi Jawa Timur yang terkenal karena kesejukan udaranya. Kota dan kabupaten dikelilingi oleh empat buah gunung, yaitu gunung Arjuna di sebelah utara, Gunung Tengger di sebelah Timur, Gunung Kawi di sebelah Barat, dan Gunung Kelud di sebelah selatan. Karena dikelilingi oleh beberapa gunung inilah maka kota Malang mempunyai tingkat kesejukan yang baik.

Sebagai kota yang begitu potensial sebagai tempat wisata dan budaya Malang memiliki kawasan yang sangat layak huni dan menjadi daerah yang elit sehingga wajar kiranya jika pada masa penjajahan Belanda Malang dijadikan kawasan strategis tempat tinggal ekspatriat Belanda di masanya. Penjelasan sejarah Malang sebagai jajahan Belanda sangat berpengaruh kelak terhadap proses tumbuh kembang kebudayaan lokal di wilayah Malang, seperti halnya pelaksanaan acara-acara wisata sejarah Malang yang tidak pernah meninggalkan kawasan jalan Kawi yang sampai saat ini dihuni oleh anak keturunan para penjajah Belanda.

Salah satu pusat persebaran seni tari topeng di tanah Jawa adalah di wilayah Malang, di mana dahulu terdapat kerajaan yang bernama kerajaan Singosari. Awal mula dikenalnya tari topeng di wilayah Malang terjadi pada abad ke-13 Masehi, yaitu pada periode pemerintahan raja Kertanegara . Sejak saat itulah seni tari topeng yang berada di daerah Malang dinamakan sebagai tari Topeng Malang.
          Adapun bukti mengenai keberadaan tari topeng di masa kerajaan Singosari adalah adanya relief di beberapa candi peninggalan kerajaan Singosari yang dalam relief tersebut digambarkan suasana di dalam lokasi kerajaan yang di dalamnya dimainkan tarian bertopeng. Dalam relief tersebut para penari topeng memakai atribut endhong (sayap belakang), rapek (hiasan setengah lingkaran di depan celana, lazim juga disebut pedangan), bara-bara dan irah-irahan (mahkota) yang bentuknya sama dengan kostum tari topeng di masa sekarang.

Malang sebagai bagian dari kota sejarah kerajaan Jawa (Singosari) dahulu banyak memiliki komunitas tari topeng di tiap-tiap daerah. Semasa penjajahan Belanda beberapa komunitas tersebut muncul kembali setelah sekian lama jejak kesejarahan mereka tidak tercatat oleh pewarta hasil budaya. Tak kurang dari 11 komunitas dahulu pernah meramaikan budaya kesenian tradisional Malang. Namun seperti yang telah disebutkan di atas bahwa perguliran sejarah dari kebudayaan Hindu-Jawa menjadi kebudayaan Islam menjadi salah satu sebab kemunduran eksistensi kesenian ini di tanah Jawa, tak terkecuali di wilayah Malang.

Sampai saat ini, di wilayah Malang Raya komunitas tari topeng hanya bisa ditemui sedikitnya 4 komunitas yang aktif berkesenian. Itupun berada di wilayah-wilayah pelosok. Namun dari data wawancara dengan beberapa akademisi yang dikumpulkan ada kesatuan paham yang menjurus pada kesimpulan bahwasanya daerah tempat komunitas tari ini berada dahulu merupakan daerah yang banyak dihuni oleh pemeluk agama Hindu-Jawa. Bahkan sebagian dari daerah tersebut masih didominasi oleh masyarakat Hindu-Jawa yaitu di wilayah Tengger Ngadas Malang.

Kesenian Tari Topeng Malangan ini adalah hasil dari perpaduan antara budaya Jawa Tengahan, Jawa Kulonan dan Jawa Timuran (Blambangan dan Osing), sehingga gerakan dari Tari Topeng Malangan ini mengandung unsur kekayaan dinamis dan musik dari etnik Jawa, Madura dan Bali. Tari Topeng Malangan ini merupakan perlambang bagi sifat manusia, karenanya banyak model topeng yang menggambarkan situasi yang berbeda, menangis, tertawa, sedih, malu dan sebagainya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar