Kamis, 19 Juni 2014

Bahasa Walikan

Mengenal Bahasa Walikan, Bahasa Budaya Arek Malang
Bahasa Walikan merupakan bahasa komunikasi khas orang Malang. Bahasa Walikan ini sudah menjadi bagian dari Arek-arek Malang sehari-hari, siapapun yang asli Malang atau sudah lama tinggal di Malang pasti sudah familiar dengan bahasa Walikan.

Memang belum ada kesimpulan pasti kapan bahasa Walikan ini bermula dan bagaimana asalnya. Hanya diperkirakan, bahasa walikan ini pertama-tama muncul ketika Malang mulai melakukan perlawanan terhadap penjajah (Belanda). Perang gerilya rakyat Malang terhadap penjajah terjadi dalam berbagai periode sejak Belanda masuk Malang tahun 1767 hingga setelah Proklamasi Kemerdekaan ketika Belanda masih belum rela Indonesia merdeka, penjajah kembali melakukan percobaan penjajahan yang dalam sejarah di kenal dengan agresi I dan agresi II. Kita ketahui bahwa Malang adalah medan perang yang dahsyat kala itu karena di Malang merupakan salah satu pangkalan utama kekuatan Belanda di Nusantara.

Besar kemungkinan bahasa Walikan muncul ketika terjadi perang gerilya sebelum era kemerdekaan, dimana antar pejuang mencari cara agar komunikasi dan koordinasi lisan yang sulit dipahami oleh musuh atau mata-mata penjajah. Ratusan tahun lamanya Belanda di Malang pasti sudah paham bahasa umum apalagi Belanda memiliki mata-mata yang juga warga pribumi. Maka dilakukanlah strategi komunikasi untuk mengirim pesan rahasia antar pejuang, atau untuk saling mengenal dan identifikasi dengan menggunakan bahasa yang sulit dideteksi maknanya yaitu bahasa Walikan.

Bila memang kesimpulan ini benar adanya, maka bahasa Walikan adalah bahasa sandi para pejuang dalam pengertian yang sederhana untuk saling berkomunikasi, berkoordinasi atau mengidentifikasi mana rekan perjuangan dan mana yang bukan. Bahasa walikan juga adalah bahasa yang digunakan sehari-hari yang dimaksudkan untuk menyamarkan inti komunikasi. Paling tidak, dengan menggunakan bahasa walikan maka lawan memerlukan waktu untuk mengerti maksudnya dan atau kawan akan lebih mudah mengenal rekannya. Bagi orang yang tidak terbiasa maka sulit memahami makna dari bahasa walikan, sehingga bahasa walikan memang tepat sebagai bahasa sandi sederhana ketika situasi perang dimana kehidupan penuh dengan kecurigaan, teror dan bahaya.

Kita ulas dulu bagaimana gambaran contoh bahasa walikan. Bahasa walikan adalah jenis komunikasi khas orang Malang yang dibunyikan atau ditulis terbalik dari bahasa sehari-hari orang Malang yaitu bahasa Jawa Timuran. Contoh dari bahasa walikan dan artinya adalah:
·        Sam bahasa walikannya Mas
·        Kera Ngalam = Arek Malang
·        Kadit Itreng = Tidak Ngerti
·        Oyi = Iyo atau Iya
·        Ongis Nade = Singo Edan (Singa Gila)
·        Ojob atau Ujub = Bojo (Istri / Kekasih)
·        Kunam = Manuk (Burung)
·        Kodew = Wedok (Cewek)
·        Nawak = Kawan
·        Dll
Bahasa Walikan juga bisa fleksibel dan menyesuaikan dengan dialek Malangan sehingga tidak sertamerta semua kata dibalik seperti biasanya, contohnya:
·        Uklam-uklam = Mlaku-mlaku (Jalan-jalan)
·        Genaro Ngalam = Orang Malang
·        Silup = Polisi
·        Salam Utas Awij = Salam Satu Jiwa (Semboyan Aremania/Aremanita)
·        Oyi Ker = Iyo Rek
·        Kiwalan = Walikan
·        Dst

Jadi, bahasa walikan diperkirakan lahir ketika rakyat Malang memerlukan cara kreatif untuk berkomunikasi yang aman di jaman perang melawan penjajah.
Dan hingga kini bahasa walikan tetap dilestarikan sebagai bahasa khas Malangan, yang biasa digunakan oleh siapa saja dan dimana saja. Bahasa walikan sudah menjadi bahasa keakraban antar sesama arek Malang dan juga sering digunakan oleh orang luar Malang yang tinggal di Malang. Bila ada orang yang bertutur sapa dengan bahasa walikan maka bisa dipastikan mereka cukup akrab satu sama lain. Jadi bahasa walikan adalah bahasa budaya arek Malang yang menunjukkan solidaritas dan keguyuban.

Menariknya, bahasa walikan (atau juga disebut Boso Kiwalan) sebagai bahasa budaya orang Malang cukup populer di kalangan muda yang biasanya kurang berminat pada produk kebudayaan. Ini menunjukkan bahwa bahasa walikan merupakan produk budaya lama yang menarik dan trendi di jaman modern dan bahasa ini akan langgeng selamanya, karena memang sudah menyatu sebagai salah satu bahasa publik.

Sarannya, bagaimana agar bahasa walikan ini dibuatkan kamus sehingga walikan semakin kaya dengan kosakata serta semakin melekat dengan komunikasi keseharian masyarakat Malang.
Mengingat bahasa walikan bisa menambah keakraban maka harapannya bagaimana bahasa walikan ini perlu digunakan diberbagai pentas atau acara-acara publik bahkan perlu ada segmen khusus di media massa / TV dengan menggunakan bahasa walikan.

Sumber: http://www.jurnalmalang.com/2013/12/bahasa-walikan-bahasa-malangan.html

Pesona Wisata Sejarah, Candi Singosari

Melancong ke Kabupaten Malang, seperti halnya menggali harta karun wisata yang tak ada hentinya. Banyak potensi wisata yang sangat indah, dan seringkali menjadi jujukan wisatawan domestik maupun mancanegara. Satu tempat wisata budaya sekaligus kental dengan nuansa sejarah adalah Candi Singosari (Singhasari). Dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk mencapai wilayah ini dari pusat Kota Malang, Candi Singosari terletak di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Konon katanya, Cara pembuatan candi Singhasari ini dengan sistem menumpuk batu andhesit hingga ketinggian tertentu selanjutnya diteruskan dengan mengukir dari atas baru turun ke bawah.
Text Box: Gambar 1. Pemandangan asri Candi Singosari yang dikelilingi pohon dan rerumputan hijau.Candi Singosari merupakan candi peninggalan Masa Kerajaan Singosari, yang ditemukan pada awal  abad 18 (tahun 1800-1850)oleh orang Belanda. Awalnya candi ini dsebut dengan  Candi Menara/ Candi Cungkup, yang merepresentasikan sebagai candi tertinggi di banding candi-candi di sekitarnya pada masa itu. Dibangunnya candi ini di tahun 1300an Masehi, dipercaya sebagai bentuk penghormatkan terhadap Raja Kertanegara.

Banyak artefak-artefak peninggalan kebudayaan kerajaan Singosari terdahulu yang bisa kita lihat disini. Seperti dirilis dalam situs id.m.wikipedia.org/wiki/Candi_Singhasari, bangunan candi utama dibuat dari batu andesit , menghadap ke barat, berdiri pada alas bujur sangkar berukuran 14 m × 14 m dan tinggi candi 15 m. Candi ini kaya akan ornamenukiran , arca , dan relief. Di dalam ruang utama terdapat lingga dan yoni . Terdapat pula bilik-bilik lain: di utara (dulu berisi arca Durga yang sudah hilang), timur yang dulu berisiarca Ganesha , serta sisi selatan yang berisi arca Siwa-Guru(Resi Agastya). Di komplek candi ini juga berdiri arca Prajnaparamita , dewi kebijaksanaan, yang sekarangditempatkan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta. Arca-arca lain berada di Institut Tropika Kerajaan, Leiden ,Belanda , kecuali arca Agastya. Sedangkan di luar kompleks Candi ini, namun masih sangat dekat lokasinya terdapat sepasang arca raksasa besar yang disebut D=dengan Dwarapala yang memiliki tinggi hamper 4meter, dengan postur tubuh yang gempal dan membawa gada. Kedua arca ini diduga sebagai gerbang selamat datang memasuki kompleks pusat kerasaajn Singosari.











Gambar 2 dan Gambar 3. Arca Dwarapala sebagai gerbang pusat Kerajaan Singosari
Nah, bila kamu ingin masuk ke kompleks Candi Singosari ini, tenang saja karena tempat ini dibuka untuk umum mulai pagi hingga sore hari. Cukup membayar biaya masuk seikhlasnya kepada petugas, sebagai sumbangan biaya perawatan candi. Kamu juga bisa membeli buku seputar Candi Singoasari dan bertanya-tanya langsung kepada petugas yang ada di sana terkait Candi Singosari ini. Kamu pun bisa berfoto-foto ria dengan berbagai artefak dalam kompleks Candi Singosasri ini.  Serunya lagi, kompleks candi ini biasanya akan ramai dikunjungi saat hari libur. Setiap minggunya, tak jarang komunitas belajar bahasa Inggris akan berkumpul untuk belajar praktek bahasa disana. Mungkin sekalian ketemuan sama turis cakep, hehehe. (*Laily Indah Sejati)